
Malam yang sepi
“Sampai kapan kamu menyendiri terus, Nduk? Suara ibu membuyarkan lamunanku. Ini kelima kali ibu menanyakannya. Selalu dengan
kalimat yang sama. Aku hanya menatap ibu sekilas, kemudian kembali menatap rintik-rintik hujan dari balik jendela kamarku.
Menangis lagi. Hal yang kulakukan tiap kali ibu menanyakannya. ”Badanmu kurus sekarang. Ibu sering merasa asing denganmu. Lima tahun yang lalu kamu gemuk. Meski dulu ibu sering meledek kamu, tapi sesungguhnya ibu senang melihatmu gemuk begitu.” Ibu masih mengatakan hal itu. Kali ini yang kelima. Dan selalu kujawab dengan mulut terkatup, air mata yang terus meleleh.
“Tahun ini sudah ada 5 pemuda yang ingin melamarmu. Tapi kelimanya kamu tolak, padahal kamu belum tahu pemuda-pemuda yang melamarmu itu seperti apa.”Hujan agak mereda. Rintik-rintiknya mulai berkurang.“Indra yang punya bengkel besar. Ibu dengar penghasilannya mencapai 100 juta per bulan. Yang kedua Rizal, manager perusahaan. Dia sudah punya mobil pribadi. Yang ketiga Hari. Katanya sih dia bekerja di majalah remaja. Orangnya ganteng dan sepertinya baik. Ibu suka padanya. Yang keempat... kelima....”
Aku tidak pernah mendengarkan kalimat ibu selanjutnya. Dadaku sesak, dan rintik hujan yang masih turun membuat tangisku semakin deras.
Hujan mulai reda. Tangisku sudah habis, hanya sesengukan saja. Kututup jendela kamarku kemudian kuusap sisa air mataku. Jika sudah begitu, biasanya ibu merapikan tempat tidurku kemudian mempersilakan aku tidur, tapi kali ini tidak. Ibu mengajakku bicara.
"Kayaknya hari ini kamu lelah banget...kamu gak minum Vitacharm, minuman kesehatan mu itu ya nduk???" tanya ibu..."minumanku habis bu...gak ada waktu buat beli minuman itu...aku masih pusing dengan semua masalah ini."...
Ibu menatap mataku. “Biasanya kan kamu jika ada masalah seperti ini selalu membeli minuman itu dan menghabiskan semuanya...kan itu sebagai pengganti energimu yang hilang nduk...’ aku menggeleng lagi. “Tidak, ibu. Masalah ini lebih berat dari itu...”sambil menunjuk bungkus kosong minuman Vitacharm di tempat sampah...
Ibu menitikkan air mata. Memeluk dan mengusap rambutku yang bergelombang. “Rambutmu panjang sekali, Nduk. Sudah hampir melewati pinggang.apa kamu tidak ingin mengguntingnya sedikit?’ tanya ibu sambil terisak. Aku hanya menggeleng.
“Besok ibu akan membelikan minuman Vitacharm kesukaanmu dan hanya untukmu. Jadi kamu tidak usah bersedih lagi ya. Sekarang, tidurlah.” Ibu berkata lembut seraya mengusap air matanya.
Aku melepaskan pelukan ibu. “Terima kasih, Bu...Sudah mengerti isi hatiku” Ibu tersenyum, lalu menutup pintu kamarku. Hening. Tinggal aku yang berbaring di tempat tidur dengan hati sedih. Aku selalu tidak ingin tidur sebelum jam 00.00 lewat. Karena bagiku, malam ini adalah malam yang berkesan untukku dan Felka. Meski ini malam sudah berlalu dan berganti, tapi rasanya masih sama. Aku yakin Felka selalu menemaniku di malam-malam ini. Jadi, aku sama sekali tidak boleh melewatkannya. Di malam ini aku’bertemu’ dengannya. Kami akan melepas rindu, menyanyikan lagu favorit kami dan memandang ribuan bintang di langit dan mengajaknya minum Vitacharm kesukaan kita berdua...
Info :
Web :http://www.vitacharm.com
Twitter : http://www.twitter.com/myvitacharm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar